Sunday, October 23, 2016

It's okay...for being too much

Tidak apa bila kita terlalu menginginkan sesuatu
Tidak apa bila kita selalu menginginkan yang terbaik
Tidak apa bila kita selalu berharap lebih
Tidak apa bila kita susah melepaskan sesuatu yang bukan milik kita, apalagi itu milik kita
Tidak apa bila kita menangisi hal-hal yang sia-sia
Tidak apa bila kita berjuang pada sesuatu yang tak pantas diperjuangkan
Tidak apa bila kita selalu memikirkan orang yang memikirkan orang lain
Tidak apa bila kita tetap bertahan pada keadaan yang salah
Tidak apa bila kita tidak suka melihatnya dengan orang lain
Tidak apa bila kita merasa kehilangan saat dia tidak ada
Tidak apa bila kita ingin selalu berada didekatnya, mendengar suaranya, dan tau kabarnya
Tidak apa bila kita menginginkan sesuatu yang bukan hak kita
Tidak apa bila kita belum bisa melupakan seseorang di masa lalu
Tidak apa bila kita mengalami trauma akan hal itu
Tidak apa bila kita membatasi diri kita untuk tidak gampang menjatuhkan pilihan
Tidak apa bila kita susah jatuh cinta lagi
Tidak apa bila kita punya batasan seperti tembok yang tinggi
Tidak apa bila kita merasa ingin untuk diperjuangkan
Tidak apa bila kita menjadi seseorang yang sulit untuk dimengerti
Tidak apa bila kita menjadi seseorang yang takut pada keputusan diri sendiri
Tidak apa bila kita menjadi seseorang yang minder karena diacuhkan
Tidak apa bila kita menjadi tempat pelampiasan
Tidak apa bila kita marah
Tidak apa bila kita sedih
Tidak apa bila kita merasa tidak diinginkan
Tidak apa bila kita ingin menghilang dari dunia ini
Tidak apa bila kita memiliki luka yang sangat dalam
Tidak apa bila kita ingin seseorang yang dapat menyembuhkan luka itu
Tidak apa
Itu semua tidak apa
Aku tau
Aku merasakan
Sama halnya sepertimu
Itu semua tidak apa. Tenang saja.
Aku tidak apa.
Dan baik-baik saja.

Khawatirkan dirimu sendiri yang lebih membutuhkan cinta itu. Yang sudah menyia-nyiakan cinta yang pernah ada, bahkan menganggapnya hanya sebagai pelampiasan karena masa lalumu.


Based on R's Story

Thursday, September 22, 2016

Tawa dan Lara

Kamu terus bertanya padaku
Kamu terus mengorek masa laluku
Kamu terus menganggapnya sebuah lelucon
Pada akhirnya aku tak mendengar sedikit kamu berkata
Kamu terus tertawa bahagia
Kamu menyukai kebodohanku
Melihatmu menyukai masa laluku,
membuatku menafsirkan dan menyimpulkan
Betapa kamu sangat acuh padaku
Betapa kamu sangat peduli padaku
Sekilas hanya terpikirkan olehku bagaimana cara aku mengenang dirimu
Apakah aku harus tertawa,
atau aku harus menyesalinya,
menjadi seseorang yang dapat menghiburmu dengan masa laraku
Kesedihan masa itu bukan lagi jadi persaingan antara rasa dan logika,
tapi itu cukup membuatku berpikir tentang bagaimana caramu memperhatikanku
Kamu ingin menghiburku
Satu sisi kamu ingin menertawai kebodohanku
Aku senang dan sedih pada detik yang sama
Aku suka mendengarmu tertawa,
namun aku sedih
Satu pertanyaan apakah kamu benar-benar peduli padaku akhirnya terjawab sudah
Saat aku ingin melihat tawamu yang aku suka itu,
ternyata itu bukan karenaku
Apakah aku harus menceritakan masa laraku lagi kepadamu
Yang terjadi adalah aku merasa aku tak sedang melihatmu
Apakah semua orang harus mendengar kebodohanku,
agar kamu tau bahwa aku ini memang sangat bodoh,
sudah menjadikan waktu “kita” sebagai sebuah prioritas
Apakah aku menyesal?
Apakah aku bodoh?
Apakah aku sedang bertanya pada diriku sendiri?
Aku sering berbuat seperti ini
Apakah kau juga bertanya dengan pertanyaan yang sama?
Apakah itu tertuju untuk dirimu?
Apakah itu tertuju untukku?
Mungkin ketika aku bercerita betapa kamu berhasil membuatku berharap,
kamu akan tertawa
Karena aku dan laraku adalah sebuah tawa,
dan kamu dan tawamu adalah sebuah lara

untukku


Story by : R

Tuesday, August 16, 2016

Teka-teki

Manusia yang mudah tergoda dengan hal-hal yang menyedihkan
Hingga akhirnya kisahnya terjebak di dalamnya
Manusia yang mudah masuk dalam perangkap
Hingga terperangkap dimana-mana
Manusia yang mudah luluh hatinya
Hingga terkena sial karenanya
Mudah tergiur dengan perasaan
Hingga sendirinya tak tau bagaimana mengendalikannya
Mudah berlarut-larut dalam bayang-bayang
Hingga sendirinya tak mengira cukup lama waktu yang dibutuhkan untuk melupakan seseorang
Mudah, sangat mudah memberikan perhatiannya pada seseorang yang belum tentu bisa dikenalnya
Hingga membatasi dirinya sendiri
Dialah yang tekun menjawab teka-teki itu

Sang kesepian
Butuh teman disaat kesepian
Butuh teman yang peduli
Butuh teman yang mau bercerita, menceritakan kekelaman masa lalunya
Kemudian tertawa karena rasa malu dan sedih milik orang lain
Dingin dengan temperatur yang menghangatkan
Kejahatan yang selalu dirindu-rindukan
Pengecut, tapi peduli
Dengan beribu-ribu alasan, dan kesempatan yang dibuat-buat
Berhasil membuat orang, seseorang menaruh perhatian dan kasihan padanya
Berhasil membuat orang, seseorang berbagi waktu, menyisakan waktu, mengorbankan waktu
Dialah sang penulis petunjuk dalam teka-teki itu

Mungkin itu caranya
Terus menulis petunjuk-petunjuknya
Terus memberikan kata-kata yang merujuk pada sebuah jawaban
Terus memberikan kata-kata yang ternyata sulit ditemukan apa jawabnya
Mungkin belum bisa menerimanya
Mungkin belum bisa memakluminya
Dan mungkin belum bisa mengendalikan dirinya sendiri
Perasaannya sendiri yang sedang sepi
Sendiri
Dirinya sepi
Sendiri
Dan mulai menebar teka-teki itu

Seperti sedang bermain teka-teki
Menjawab setiap petunjuk dan menemukan jawaban itu sendiri
Sayangnya tidak bisa menyelesaikannya
Karena kotak yang ada disana tidak sesuai dengan jumlah huruf pada jawabannya
Semuanya
Terus berusaha menemukan jawaban lainnya
Tapi memang tidak sesuai, tak mendapatinya
Maka memutuskan untuk menghapus semua jawaban yang coba dipaksakan
Dan membiarkan teka-teki itu kosong, tanpa sedikitpun jawaban
Karena tidak kah lelah mencoba mencari jawaban yang tepat tapi tak mendapatinya?
Tidakkah akan menyerah dan membiarkannya kosong?
Karena jawaban salah itu tidak akan merubah apa-apa
Malah akan tercampakkan
Dialah yang mulai meletakkan pena nya dan mengambil penghapus

Bagaimana cara menghilangkan perasaan ini?
Apa harus menjadi manusia yang tidak punya perasaan dan kepekaan terhadap rasa penasaran?
Bagaimana cara mengatasi hal ini?
Apa harus menjadi tertutup dan menjadi sejenis manusia yang sulit?
Sulit untuk mau tau, dan mau berusaha lagi dari awal
Sepertinya hal-hal di masa lalu telah mendidiknya menjadi orang yang semacam ini, ya itu...
Apa ini akan menjadi bagian dari kisah yang membuatnya semacam orang yang kurang percaya bahkan pada dirinya sendiri?
Bahkan hal kecil seperti yang telah dilakukannya dapat membuat dampak yang sangat besar pada kepercayaannya pada dirinya dan lelaki lain.
Dialah yang menyerah pada kemampuannya untuk berusaha
Selesai
Dan cukup untuk terus memikirkan jawaban yang tak ada jawabnya
Pada hari mulai menemukan sedikit kemauan
Dihempaskannya dengan minuman seharga 20.000 rupiah yang dingin. Sangat amat dingin itu.

Bukan jari telunjuk yang saling bertautan
Bukan jari kelingking yang saling mengikat janji
Atau bukan lebih dari sekedar jari telunjuk yang saling percaya
Karena itu berlebihan
Karena itu cukup singkat
Atau karena itu memang bukan artinya

Tuesday, July 19, 2016

Patah Hati

Lagi-lagi kesendirian itu hadir di tengah kerumunan ini.
Aku tertawa dan tersenyum dengan sendirinya tanpa kusadari, tapi tetap merasa sendiri dengan keambiguan alasan.
Sepertinya aku membutuhkan sesuatau yang dapat memperbaiki diriku.

Berada disini adalah berarti semakin menyakiti diriku sendiri.
Semua berawal karena hari itu.
Aku terlalu percaya diri, hingga akhirnya membuatku tak lagi percaya pada diriku sendiri.
Kemudian aku percaya padamu dengan sangat keterlaluan, hingga aku tak lagi mau mempercayaimu.
Bukan karena aku yang terlalu berlebihan, tapi kamu yang menganggap itu semua wajar.
Bukan karena aku yang terlalu yakin padamu, tapi dirimu yang hanya menganggap itu adalah sebuah kamuflase kekhawatiranmu.
Aku terus melanjutkannya karena kupikir aku percaya padamu.
Setelah hari itu, aku merasa aku bukan aku yang lagi percaya padamu.
Bukan apa-apa dan siapa-siapa.
Siapakah aku? Apa aku bagimu?

Kita tidak sedang bicara.
Kita tidak sedang bercanda.
Kita tidak sedang mendengarkan hal yang sama.
Kita tidak sedang membahas topik yang sama.
Kamu jauh, dan aku disini menerka-nerka.
Padahal kita jelas ada di satu tempat.
Kamu tepat di hadapanku.

Di dunia ini aku baru mengerti sakitnya dijadikan pelampiasan dengan apa saja alasannya, dan untuk kesekian kalinya.
Aku mulai merasa bosan berada di dunia ini.
Aku berusaha untuk membuat keadaan nyaman, yang terjadi adalah bukan untuk tinggal tetapi untuk sekedar singgah.
Hanyalah aku yang sedang berusaha kembali berharap pada situasi dan kenyataan yang kembali akan membuatku jatuh, jatuh cinta.

Entah apa yang membuatku harus melakukan ini, tapi aku mulai membenci sebuah pertemuan.
Entah apa yang merasuki pikiranku hingga rasanya aku ingin menutup hati.
Parahnya lagi, harus aku sendirian yang berusaha menumbuhkan minatku untuk percaya bahkan jatuh cinta.
Aku tak akan lagi patah hati, karena aku pernah mengalaminya.

Entah karenamu, entah karena kepercayaanku.
Atau aku terlalu berharap padamu yang selalu menganggap itu semua biasa saja.

Kamu tak perlu tau, dan tak usah kamu mengerti.
Karena ini bukan sesuatu yang penting. Bagimu.
Luarbiasanya aku yang menganggap semua ini berbeda.
Kuharap lima tahun itu tak akan terulang kembali.
Kuharap aku segera menemukan rasa percayaku, pada sebuah peristiwa yang menyatukan dua orang yang ditakdirkan bertemu.

Kini aku bukan lagi sebuah kursi taman yang indah, yang kamu duduki ketika dirimu merasa lelah.
Aku bukan lagi tiang tempatmu biasa bersandar ketika kamu merasa letih dan tersesat.
Aku hanya tak mau jatuh untuk kesekian kalinya, dan aku belum siap.

Ada baiknya kamu berhenti berusaha untuk mengembalikan apa yang dulu pernah kurasakan terhadapmu, apalagi mengembalikan senyumku untuk setiap lelucon ceritamu.
Membiasakan suasana seperti yang kamu kira.
Berharap aku akan mengangkat dering itu dan bercakap-cakap seolah aku selalu ada untukmu.
Bercerita seakan aku sedang mendongeng pada anak kecil sebelum tidur.





Kampung Halaman Tercinta-16
Based on R's Story

Tuesday, June 21, 2016

I did it again

Lagi-lagi aku berhasil melakukannya, pada oranglain.
Aku merangkai sedemikian cerita indah, untuk oranglain.
Aku memberikan sebanyak rasa yang ingin kusampaikan, kepada oranglain.
Bahagia dan benar-benar jatuh cinta.
Entah mengapa aku pun turut bahagia.
Sayangnya bukan benar-benar jatuh cinta.

Sepertinya masih jauh, masih butuh lagi waktu.
Pikiranku terbagi-bagi, namun ia memaksaku untuk “hanya” memikirkannya.
Bukan hal yang penting saat ini, namun bukan pula hal yang seharusnya kuabaikan.
Bukannya tidak membuka hati, namun aku masih mau berjuang untuk hal yang lain.
Mungkin aku masih kekanak-kanakan untuk berpikir masa depan.
Mungkin aku masih belum dewasa untuk mempersiapkannya.
Jangan paksa aku untuk berusaha berjuang.
Karena suatu saat dengan mudahnya aku akan menyerah.
Biarkan saja. Aku tau apa yang harus kulakukan.

Banyak yang berusaha membuatku merubah pikiranku.
Tapi banyak alasan pula yang membuatku berpikir berkali-kali.
Entah itu masa lalu, entah itu ketakutanku sendiri.
Dan aku juga sedang berjuang menghilangkan dua hal itu.
Semoga aku beruntung.

Friday, April 22, 2016

Masih

Aku masih disini
Aku masih akan menunggu
Mengapa?
Karena aku tidak punya alasan untuk pergi
Merasa sudah pantas, tentu tidak
Jadi aku memutuskan untuk terjebak lebih lama lagi
Mungkin butuh waktu “sebentar” lagi... 

Sunday, April 10, 2016

Oettoeke

Aku tau itu bukan aku
Aku tau aku tak di sana
Aku hanya sekilas penyegar di kekalutan hatimu
Aku hanya angin yang meniup awan hitammu

Aku harusnya menolak
Aku tak harus melakukannya
Hingga aku tak sadar apa yang aku rasakan waktu itu

Memang seharusnya aku tak merasakannya,
karena itu hanya membuatku semakin ingin melakukannya
Betapa hari tak berganti hingga aku mengalami semua itu
Hal yang selalu membuatku tersenyum

Waktu enggan memberitahuku bahwa semua itu tak tepat
Bahkan diriku sendiri tak pandai melihat apa yang sedang terjadi

“Apa yang salah dengan menjadi tempat bernaungnya hati yang
sedang terluka karena orang yang ia sayangi?”
Bukankah itu indah?
Bahkan ikut bersedih karenanya
Dan apa salah semua bentuk keprihatinan yang aku berikan?

Aku orang yang salah
Terlalu baik
Terlalu lemah
Tak bisa berkata-kata namun hanya menggerutu dalam hati
Memberontak, berteriak
tapi yang mendengar telinga sendiri

“Apa yang salah dengan berharap pada seseorang yang jelas 
menginginkan kamu selalu ada?”
Dan apa salah jika hati menyuarakan perasaan yang lain?

Aku yang salah,
karena punya perasaan yang tak bisa dikendalikan
Bila saat itu tiba dan kau melihatku,
aku berharap aku tak melihatmu
Biar orang lain yang melihatmu,
dan aku cukup tau tentang kehadiranmu
karena itu sungguh membuatku ingin pergi membawa perasaanku
yang tak terkendali ini

Akankah kedatanganmu membuatku merasa tak nyaman di tempat
ternyamanku di dunia ini?
Kemana lagi aku harus menghindar?