Tuesday, July 19, 2016

Patah Hati

Lagi-lagi kesendirian itu hadir di tengah kerumunan ini.
Aku tertawa dan tersenyum dengan sendirinya tanpa kusadari, tapi tetap merasa sendiri dengan keambiguan alasan.
Sepertinya aku membutuhkan sesuatau yang dapat memperbaiki diriku.

Berada disini adalah berarti semakin menyakiti diriku sendiri.
Semua berawal karena hari itu.
Aku terlalu percaya diri, hingga akhirnya membuatku tak lagi percaya pada diriku sendiri.
Kemudian aku percaya padamu dengan sangat keterlaluan, hingga aku tak lagi mau mempercayaimu.
Bukan karena aku yang terlalu berlebihan, tapi kamu yang menganggap itu semua wajar.
Bukan karena aku yang terlalu yakin padamu, tapi dirimu yang hanya menganggap itu adalah sebuah kamuflase kekhawatiranmu.
Aku terus melanjutkannya karena kupikir aku percaya padamu.
Setelah hari itu, aku merasa aku bukan aku yang lagi percaya padamu.
Bukan apa-apa dan siapa-siapa.
Siapakah aku? Apa aku bagimu?

Kita tidak sedang bicara.
Kita tidak sedang bercanda.
Kita tidak sedang mendengarkan hal yang sama.
Kita tidak sedang membahas topik yang sama.
Kamu jauh, dan aku disini menerka-nerka.
Padahal kita jelas ada di satu tempat.
Kamu tepat di hadapanku.

Di dunia ini aku baru mengerti sakitnya dijadikan pelampiasan dengan apa saja alasannya, dan untuk kesekian kalinya.
Aku mulai merasa bosan berada di dunia ini.
Aku berusaha untuk membuat keadaan nyaman, yang terjadi adalah bukan untuk tinggal tetapi untuk sekedar singgah.
Hanyalah aku yang sedang berusaha kembali berharap pada situasi dan kenyataan yang kembali akan membuatku jatuh, jatuh cinta.

Entah apa yang membuatku harus melakukan ini, tapi aku mulai membenci sebuah pertemuan.
Entah apa yang merasuki pikiranku hingga rasanya aku ingin menutup hati.
Parahnya lagi, harus aku sendirian yang berusaha menumbuhkan minatku untuk percaya bahkan jatuh cinta.
Aku tak akan lagi patah hati, karena aku pernah mengalaminya.

Entah karenamu, entah karena kepercayaanku.
Atau aku terlalu berharap padamu yang selalu menganggap itu semua biasa saja.

Kamu tak perlu tau, dan tak usah kamu mengerti.
Karena ini bukan sesuatu yang penting. Bagimu.
Luarbiasanya aku yang menganggap semua ini berbeda.
Kuharap lima tahun itu tak akan terulang kembali.
Kuharap aku segera menemukan rasa percayaku, pada sebuah peristiwa yang menyatukan dua orang yang ditakdirkan bertemu.

Kini aku bukan lagi sebuah kursi taman yang indah, yang kamu duduki ketika dirimu merasa lelah.
Aku bukan lagi tiang tempatmu biasa bersandar ketika kamu merasa letih dan tersesat.
Aku hanya tak mau jatuh untuk kesekian kalinya, dan aku belum siap.

Ada baiknya kamu berhenti berusaha untuk mengembalikan apa yang dulu pernah kurasakan terhadapmu, apalagi mengembalikan senyumku untuk setiap lelucon ceritamu.
Membiasakan suasana seperti yang kamu kira.
Berharap aku akan mengangkat dering itu dan bercakap-cakap seolah aku selalu ada untukmu.
Bercerita seakan aku sedang mendongeng pada anak kecil sebelum tidur.





Kampung Halaman Tercinta-16
Based on R's Story

No comments:

Post a Comment