Saturday, July 19, 2014

Kata kata terakhirku..

Kau bagaikan dunia yang tak berhenti berputar pada poros cintaku. Kau bagaikan air yang mengalir disetiap pembuluh darahku. Kau bagaikan cahaya yang menembus ke dalam hatiku.

Tingkahlakumu bagaikan sebuah kebiasaan yang amat kucintai. Senyummu seolah sesuatu yang ampuh untuk menghentikan pikiranku. Matamu seperti lukisan indah yang tak henti- hentinya terus kupandangi. Bibirmu adalah sebentuk lengkungan yang memberikan sebuah keindahan dalam hayalku. Pelukmu bagaikan sebuah selimut tebal yang kutarik saat dingin menyergap.

Terlalu indah untuk kulukiskan sosok dirimu. Kata-katapun tidak pantas untuk kurangkai. Entah adakah diluar sana, seseorang yang bisa mendeskripsikan dirimu. Yang jelas, hanya otakku yang bisa menjelaskan bahkan bayanganmu pun teramat jelas.

24jam waktu yang diberikan Sang Pencipta, bukan waktu yang lama untuk mengingat dirimu dalam sehari. Dan 365hari dalam setahun bukan waktu yang lama untuk melupakanmu. Aku butuh banyak waktu. Banyak lagi waktu.
  
Berapakali aku mendapatkan penggantimu, rasanya tak ada yang bisa menghapusmu dari memoriku. Orang itu hanya bisa membantuku untuk melupakanmu sementara sampai akhirnya dia memberikan sesuatu yang lebih berharga. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menggantinya.

Aku terus mengulang kata2ku dan aku menulisnya, lalu aku membacanya. Aku terus terus terus dan terus hilang dalam fantasi itu.

Tolong siapapun bantu aku. Aku butuh sebuah cara agar bisa terlepas dari ikatan yang kuat ini. Seolah-olah hidupku hanya bergantung padanya dan pikiranku hanya ada dia. Berhenti berhenti berhenti!

Aku hanyalah seorang yang sedang hilang dan tersesat. Mencari pertolongan kesetiap orang, berharap orang itu bisa membantunya menghapus memori itu.

Seberapa keras aku mencoba, nyatanya aku selalu menetapkan dirimu menjadi tema pokok dalam setiap karyaku. Ini bukan sekedar mengingat dan melupakan, kenangan atau memori, memaafkan atau mendendam. Ini bukan soal cinta atau sakit hati di masa lalu dan berikut peristiwa2 yang aku tak tau harus diingat atau dilupakan.
Aku membencimu, bukan berarti untuk selamanya. Dan aku mencintaimu bukan berarti hanya sekejap saja. Aku sedang berusaha untuk mengatur waktuku, karena sebagian besar hanya kugunakan untuk memikirkanmu.

Aku tidak pernah lelah. Mengucapkan kata kamu, kamu dan kamu. Menceritakan tentang kamu, kamu dan kamu. Menyanyikan lagu tentang kamu, kamu dan kamu. TAPI aku juga tak pernah lelah untuk berusaha menghilangkan segala hal tentang kamu, kamu dan kamu di dalam sini. Hati dan otakku, dari segala aktivitasku.

"Kemudian seorang pangeran berkuda putih datang untuk menyelamatkan sang putri yang terjebak dalam ingatannya"

Aku tak mau terlihat memelas, mohon belas kasihanmu dan memohon untuk dapat kesempatan seperti yang dilakukan orang bodoh diluar sana. Aku memang menahan dan memendamnya dalam dalam, aku memang mencoba sok kuat dan tegar di depan orang orang. Satu hal, aku tak mau mengulang semua yang sudah ada di masa lalu. Tak mau mengulang kesalahan yang sama dan mencoba dari awal untuk membangun puing puing yang sudah hancur. Yang aku sudah tau bahwa tak akan bisa bersatu lagi. Aku tak mau memaksakan sesuatu hal. Karena hasilnya pasti sakit di akhir. Semua hal yang dimulai dengan paksaan pasti akan berakhir, seperti kau dan kita. Berakhir karena sebuah paksaan dan nafsu.

Inilah perjalananku dan usahaku. Akhir yang menyenangkan dan melegakan kini sudah kudapat. Tulisan ini hanya bentuk ucapan perpisahanku pada masalaluku. Bukan hanya kamu, tapi terkhusus untuk kamu. You got a big thanks from me for teaching and giving me many lessons about love. And i will not forget all those memory. I will keep it in my head and go ahead for a better life. Good bye...

This is the last topic about you. Appreciate you so much ☺

Saturday, July 12, 2014

Bercinta dengan Sang Waktu

Aku mencoba berdamai dengan keadaan dan berdamai dengan dunia. Bukan aku yang memulai pergolakan itu, dan bukan aku yang menyebabkan perpisahan itu. Salah satu hal yang harus dipersalahkan adalah masa lalu. Ada yang berkata, "Hendaklah kamu berdamai dengan masalalumu, maka masa depan akan datang dengan lebih baik". Hal ini tidak segampang yang kebanyakan orang katakan. Memaafkan? Ya, aku sudah memaafkan tapi aku masih mengingat ingatnya dengan jelas di dalam kepalaku. Apakah itu bisa disebut memaafkan? Aku mencoba untuk tidak mengungkit-ungkit lagi, tapi orang-orang disekitarku dan keadaan yang menjepitku. Hanya waktu yang lebih tau, dan hanya waktu yang mengerti. Mungkinkah aku bertanya pada jam yang berdetik di sana? Apakah aku harus bertanya pada musim yang terus berganti? Sampai saatnya nanti, ia akan menjawab. Aku cinta dengan waktu yang ada. Mengerti apa yang aku butuhkan, di saat yang tepat. Sang waktu selalu memberikan aku kesempatan untuk hidup ke depan dengan lebih baik. Semua terasa sangat mudah karena bercinta dengan waktu. Masalalu juga waktu, waktu yang sudah lalu. Aku tak bisa memilih apakah mencintai waktu lalu atau sekarang. Karena jika rasa cinta itu tumbuh, bisakah kau hanya memilih salah satu dari anggota tubuhnya yang kau cintai? Waktu, sesungguhnya aku ingin semuanya terwujud, tapi aku mencoba menunggu karena aku mencintaimu. Bukankan cinta akan mengalahkan segalanya? Maka akan kulakukan untuk menyambut semuanya untuk terwujud. Waktu ijinkan aku mencintaimu walau kau tak bisa mencintaiku. Aku akan tetap disini, menunggu hingga kau sudah tak memberikan aku kesempatan untuk menunggu dan kemudian aku menyerah. Bercinta denganmu, maka bahagia akan bersamaku.