Thursday, March 27, 2014

Pink dan Hitam

Ak tau aku tak berhak lagi dengan semua yang berwarna pink ini. Semua yang pink ini sudah bukan milikku lagi dan bukan urusanku lagi. Bahkan untuk memberi sedikit warna hitam saja sudah tak mungkin karena pink dan hitam tidak bisa bersatu.
Masalalu yang dulu berwarna putih itu...
Masalalu yang tidak ada warna pink atau hitam. Hanya putih. Suci dan bersih itu telah ternoda dengan segala amarah dan keegoisan berwarna merah. Yang sekarang kembali menjadi warna pink.
Masing masing ingin menutup semuanya itu dengan warna hitam.
Siapa yang mampu melebur menjadi satu dengan hitam? Aku pun bingung. Semoga pada akhirnya ada satu warna yang akhirnya mengubah warna hitam itu menjadi warna yang lebih indah :)

Monday, March 10, 2014

Kak Agung...(3)

Pasti Mawar. Harapanku adalah dia tidak bercerita tentang Kak Agung. Aku benar-benar sedang tidak tertarik untuk mendengar cerita apapun tentang si Kak Agung. LELAH SEKALI dan lapar, tapi jam makanku sudah terlewat. Meskipun terlewat tapi aku takut pingsan esok hari, jadi ku putuskan untuk membuat mie instan, ikut-ikut Mawar yang juga sedang bikin mie instan.
      Saat makan itu, aku hanya ingin benar-benar menikmatinya, walau hanya sekedar mie instan, tanpa diganggu oleh obsesi Mawar. Tapi topik ini tidak bisa hilang dari pikirannya. Kembalilah dia membicarakan tentang Kak Agung, berhayal tentangnya dan sikap histerisnya mulai kumat. Mawar, aku lelah, bisakah kau hentikan itu? Aku tak berani. Takut dia sedih, uangnya benar-benar hilang dan syukurnya papa Mawar bakal datang bawa cumi-cumi. Mungkin itu pengganti dari uang yang hilang tadi pagi.
      Besok kebagian sesi 3 dan Mawar sesi 1. Kabar baik. Seenggaknya Mawar pasti tidur awal dan aku tidak perlu berlama-lama dengan celotehannya tentang Kak Agung, sementara aku masih belum selesai dengan tugas agama. Sebenarnya ini tugas dikumpulin sebelum UTS dan waktu masih lumayan panjang, tapi bebannya terasa berat. Tugas kelompok masih banyak yang belum ku selesaikan, ada presentasi dan lain-lain. Dengan niat, aku membuka file documentku dan kulanjutkan tugas individu agama.
***
      Aku mengikuti sebuah organisasi di prodi Akuntansi, sama seperti Mawar. Kami para calon-calon pengikut organisasi, sebelum masuk dan menjabat sebagai pengurus, harus mengikuti pembekalan.
      Pembekalan dilaksanakan 2 hari. Aku dan teman seperjuanganku berangkat naik bis “ongok” kalo aku bilang. Gimana gak ongok, AC gak ada, jendela karatan semua, bis mogok-mogok, mana sempet mau jatuh. Tapi serunya itu bagian yang mau jatuh itu, sebenernya. SERU!
      Saat aku mengikuti pembekalan, tiada gadget ditangan. Kangen sih denger celotehan si Mawar soal pujaan hatinya, kangen optimismenya juga. Tapi gapapa deh tahan 2 hari. Perjalanan pulang kembali kehabitat, itu yang ku tunggu-tunggu. Badanku letih dan hasrat ini menginginkan makanan di belakang kos tapi hari sudah malam dan tak memungkinkan. Mawar menjemputku di kampus. Datang dengan rambut basah dan muka sumringah, seakan merindukan kehadiranku.
      Hari terus berganti, terus berjalan tanpa ada sedikit toleransi untuk aku berhenti sejenak dari segala kenyataan hidup ini. Hari dimana semua mahasiswa menanti-nantikan untuk segera berakhir. UTS sudah ada di keesokan hari, dan hari itu aku sama sekali tidak deg-degan dimana semua mahasiswa baru mengalaminya, karena ini ujian pertama mereka.
      Begitu juga Mawar dan keinginannya yang masih terus berjalan dan tidak memberikan aku toleransi untuk istirahat sejenak dari celotehannya. Begitu romantisnya si Kak Agung ini, memberikan semangat untuk Mawar agar terus belajar hanya dengan “nge-follow back” twitternya Mawar. Romantis atau tidak itu tergantung dari sisi mana. Sudah jelas itu sangat romantis kalau posisinya ada di Mawar. Iya! Kak Agung benar-benar followback twitternya Mawar. Ini petaka.
      Dia tak henti-hentinya kegirangan dan terus memamerkan followersnya kedepan mukaku. Mawar… ini sudah malam, dan kau masih bertingkah seakan-akan ini baru jam 4 sore? Ijinkan aku untuk melemparkan jam ini ke depan mukamu. Saat tiba waktu tidurku pun ia masih saja bertingkah kegirangan seperti orang baru dapet hadiah 1 Milyar. Aku bingung ini semua salah siapa, salah Mawar, salah si pangeran atau mungkin salahku? Salahku yang sudah tega membiarkan temanku terobsesi sampai seperti ini? Ya Tuhan ampuni aku.
      Tes sudah berjalan selama 4 hari, dan hari itu hari Kamis. Aku sudah free. Sebenarnya belum, tapi anggap saja free. Tesku akan berlanjut hari Rabu depan. Leganyaa.. tapi tidak untuk Mawar. Dia masih ada tes hari Jumat dan dengan rajinnya dia belajar. Aku juga belajar. Belajar bersabar dan menerima kenyataan.
     Rencananya, malam itu Mawar berlibur ke kamarku. Maksudnya ingin nonton film bareng dan tidur bareng pastinya. Matapun sudah memerah karena film dimulai jam setengah 11 dan selesai 2 jam kemudian. Tibalah hasrat ingin tidur, hanya Mawar, dan aku? Belum sama sekali.
      Orang jatuh cinta itu aneh ya, tapi tak bisa dipungkiri kalau dimanapun, kapanpun, dengan siapapun kita selalu mengingat pujaan hati kita. Maksudku Mawar. Apa yang dia katakan sebelum tidur malam itu sungguh-sungguh lucu dan agak memaksa. Ini kenyataan ( to be continue )

Tuesday, March 4, 2014

WAKTU

Waktu...
bisakah kau berdetik lebih cepat?
bisakah kau berputar lebih kencang?
Aku tak mau menyia-nyiakanmu.
Kau tau jika aku sedang menunggu. Dimana ketepatanmu itu?
Kau membuat semuanya menjadi sebuah keraguan karena ketidakpastian.

Mengapa banyak orang rela berlama-lama menunggumu?
Banyak orang juga suka bermain-main dengan ketidakpastianmu. 
Apa lebihnya dirimu dibandingkan dengan hal lain?
Banyak orang menggantungkan nasibnya, hidup dan matinya padamu, sedang kau hanya memberi ketidakpastian.
Kau begitu abstrak dan aneh.
Terkadang kau terasa cepat, kadang juga lama sementara kau berdetik sesuai irama.
Kau yang memanipulasi semuanya.
Ketika aku memikirkanmu, kau membuat semuanya berjalan amat lama sampai aku lelah karena menunggu.

Waktu...
Kau sudah merenggut banyak hal dariku, bahkan dari orang lain, banyak orang
Dan dengan teganya kau menghapus secuil memori kecil yang bisa membuat orang itu bahagia secepat kau memanipulasinya, tapi kau biarkan kesedihan itu berlarut-larut.
Kau suka menyiksa orang-orang termasuk aku, tapi dengan tidak sadar aku dan mereka larut di sepanjang ketidakpastianmu.
Aku selalu memperhatikanmu.
Kau tidak hanya sebuah jam dinding atau jam lainnya
Kau tidak hanya sekedar matahari yang terbit lalu tenggelam lagi.
Awan ini milikmu dan bintang-bintang dilangit kepunyaanmu.
Kau yang mengubah segala sesuatu.
Tak satupun bisa menghalangimu.

Tapi...
Aku butuh sejenak untuk berhenti berjalan, berhenti bertahan, berhenti menunggu dan bertarung.
Kau tak memberi kesempatan itu
Padahal aku selalu membiarkanmu bertindak sesukamu

Waktu, siapakah dirimu ini? Kenapa hanya ada 24 jam dalam 1 hari, 7 hari dalam 1 minggu, 30 hari dalam 1 bulan dan 365 hari dalam 1 tahun?
Waktu, kapan aku dapat sebuah kepastian akhir darimu?
Waktu...