Sunday, April 13, 2014

It's just a story

Seorang perempuan terpaksa untuk berangan-angan, tentang seorang pria yang tampan dan baik hati. Tapi hanya mengaguminya dari kejauhan. Meskipun dekat, ia selalu menghindari pria itu karena takut. Sang perempuan senang, kehadiran pria itu membuatnya lebih semangat untuk menjalani hidupnya. Setiap malam, sebelum tidur, tak hentinya ia mengutarakan perasaannya, hanya didalam hati. Sayangnya, ketakutan itu melebihi rasa sukanya. Ia tidak berani, menyapa bahkan menatap matanya, cukup bahagia dengan melihat pria itu dari jauh.
Banyak pria disekitarnya, yang tanpa ia sadari begitu perhatian dengannya. Sekali lagi, pria itu yang ada dibenaknya. Ia tak mungkin lupa dengan semua yang ia lihat, karena cintanya itu hanya berupa ingatan. Berada pada jarak yang jauh, dan kedekatan itu akan menjadi sebuah anugrah terbesar untuknya.
Suatu saat, sang perempun sedang duduk dibawah pohon rindang dan tak disadarinya bahwa sang pria berada dekat dengannya. Rasa takut yang biasanya datang, menyadarkannya. Sang perempuan bingung ingin berbuat apa. Sekujur tubuhnya pun kaku tak bergerak sedikitpun. Matanya terus memandang sang pria itu. Sang pria merasa ada yang sedang memperhatikannya. Mata mereka saling beradu argumen dan beradu kata-kata. Sang perempuan lalu melarikan diri karena keringat dingin membasahi jidatnya.
Anugrah ini tak akan pernah dilupakan oleh sang perempuan. Ia mengabadikannya dalam setiap mimpinya. Pikirannya selalu memutar bagian itu. Semangat yang menggebu-gebu dan tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Bodohnya sang perempuan karena terlalu takut untuk mendekat. Padahal tak ada yang melarangnya. Ia selalu berharap tapi tak mau melakukan sesuatu yang mungkin membuka celah diantara mereka.
Ia lagi-lagi duduk ditempat yang sama. Saat kemarin ia bisa melihat dan menatap mata sang pria dengan begitu dekatnya, tapi waktu tak bisa diulang dan kali ini ia tak berani sedikitpun melihatnya padahal sang pria berada jauh darinya. Ia menunduk malu, gelisah, takut, marah, sedih. Airmatanya menetes. Tak ada lagi keringat dingin, yang ada hanya penyesalan. Tangannya gemetar dan hatinya hancur berkeping-keping. Ingin rasanya ia lari dari tempat itu, ingin rasanya ia berteriak minta tolong. Ingin rasanya ia merangkai lagi kepingan hatinya yang berserakan dimana-mana. Di tempat itu ia mulai memberi sebuah warna pada harapannya dan ditempat itulah ia menghapus warna itu dan membakarnya. Tak ada yang sia-sia, dan tak ada yang patut disesali karena ia sadar, ia tak melakukan apapun. Tapi hatinya tak bisa dibohongi.
Senyum masih terpancat di wajahnya, tak mengerti bahwa hatinya sedang porak poranda. Tak takut lagi sang perempuan berada didekat sang pria, bahkan berdiri disamping sang pria. Melihat matanya bahkan membicarakan banyak hal. Kesedihan itu menghapus rasa takut yang ada. Setiap ia melihat sang pria, ia selalu tersenyum seperti biasanya, tapi hatinya berbicara "aku tak berhak mengagumimu, tak berhak berharap sesuatu darimu. Kebahagianmu yang menghancurkan aku. Tapi rasa sakit ini yang membuatmu bahagia"

Tuesday, April 8, 2014

Topeng

Berdiri di tengah tengah keramaian tapi masih merasa sepi. Memperlihatkan seolah olah kita bisa dan kuat berada disana tanpa perlu ada orang yang menyapa. Semuanya sebegotu munafiknya hingga aku selalu merasa mereka hanya memanfaatkan aku. Aku sudah buta dengan sikap beberapa orang. Butuh waktu untuk benar benar mengerti. Aku sedang mencobanya. Apa yang harus aku lakukan supaya aku dterima ditengah tengah mereka. Karena menjadi dirimu sendiri tidaklah cukup. Mereka belum tentu menerima dengan semua tingkah lakumu. Hatiku berontak, ingin sekali berkata dan berbicara pada mereka. Ya Tuhan. Apa harus aku selalu memakai topeng ini agar aku diterima? Ya Tuhan, ini sangat sulit. Mereka membenciku karena diriku yang sebenarnya, mereka mau dan suka aku yang selalu berpura pura seperti ini. Apa yang harus aku pertaruhkan lagi untuk bisa bertahan dalam posisi ini? Bahkan aku rela mengorbankan perasaan orang orang yang aku sayang demi sebuah topeng yang sangat ingin ku lepas. Apa harus aku selalu terlihat sempurna agar semuanya menghargai kehadiranku. Aku cuek, dan ini aku. Aku sensitif dan ini juga aku, aku seperti ini. Teman bisakah kau menjadi seseorang yang benar benar membuatku bahagia dengan keadaanku yang seperti ini? :')

Sunday, April 6, 2014

After the rain

Suatu saat dimana semuanya sudah terhindar dari mimpi itu. Setiap malamnya terasa begitu ringan tak seperti biasanya. Tissue tak akan terbuang sia-sia lagi. Kenyataan menjadi sangat jelas dan harapan baru muncul kembali.
Secangkir teh hangat dipagi hari menemani indahnya pemandangan dan sejuknya udara saat jendela kamar menyibakkan sinar.
Semua ini memberikan aura yang positif dan tak terbesit sedikitpun kesedihan dan keraguan.
Tapi sinarnya tertutup awan gelap dan petir menyambar. Kegelisahan pun menutup semua keindahan.
Sesuatu akan terjadi, dan tak bisa terhindar lagi bahkan tak terduga untuk kesekian kalinya.
Kesalahan demi kesalahan mulai mengusik penyesalanku. Otak ini tak lagi bersatu dengan perasaan.
Tanggung jawabku ataukah sebuah ancaman baginya. Berdiri diambang ketidakpastian ini membuat kepenatan yang menjengkelkan. Ingin kuubah semuanya, tapi ini bukan sketsa.

Sinar itu tak tampak lagi, teh itu sudah menjadi dingin dan pemandangan itu menjadi tak indah lagi. Hujan turun dengan deras, seisi ruangan ini tak lagi hangat. Tapi bodohnya, masih saja berjuang untuk sebuah cinta yang tertutupi dengan kesemuan lalu menghasilkan kebohongan dan kesesakan di ujung penantian.

Seberkas sinar itu datang lagi, mencoba memberi pelangi dan pemandangan itu tampak lagi karena mau memaafkan dan mau menatap masa depan. Belajar dari masa kelam, untuk menjadi bahagia dimasa nanti. Kebahagiaan ini bukan untuk selama lamanya, karena aku masih menantikan kebahagiaanku yang sejati :)