Sunday, April 6, 2014

After the rain

Suatu saat dimana semuanya sudah terhindar dari mimpi itu. Setiap malamnya terasa begitu ringan tak seperti biasanya. Tissue tak akan terbuang sia-sia lagi. Kenyataan menjadi sangat jelas dan harapan baru muncul kembali.
Secangkir teh hangat dipagi hari menemani indahnya pemandangan dan sejuknya udara saat jendela kamar menyibakkan sinar.
Semua ini memberikan aura yang positif dan tak terbesit sedikitpun kesedihan dan keraguan.
Tapi sinarnya tertutup awan gelap dan petir menyambar. Kegelisahan pun menutup semua keindahan.
Sesuatu akan terjadi, dan tak bisa terhindar lagi bahkan tak terduga untuk kesekian kalinya.
Kesalahan demi kesalahan mulai mengusik penyesalanku. Otak ini tak lagi bersatu dengan perasaan.
Tanggung jawabku ataukah sebuah ancaman baginya. Berdiri diambang ketidakpastian ini membuat kepenatan yang menjengkelkan. Ingin kuubah semuanya, tapi ini bukan sketsa.

Sinar itu tak tampak lagi, teh itu sudah menjadi dingin dan pemandangan itu menjadi tak indah lagi. Hujan turun dengan deras, seisi ruangan ini tak lagi hangat. Tapi bodohnya, masih saja berjuang untuk sebuah cinta yang tertutupi dengan kesemuan lalu menghasilkan kebohongan dan kesesakan di ujung penantian.

Seberkas sinar itu datang lagi, mencoba memberi pelangi dan pemandangan itu tampak lagi karena mau memaafkan dan mau menatap masa depan. Belajar dari masa kelam, untuk menjadi bahagia dimasa nanti. Kebahagiaan ini bukan untuk selama lamanya, karena aku masih menantikan kebahagiaanku yang sejati :)

No comments:

Post a Comment