Saturday, January 18, 2014

Kubiarkan hatiku yang merasakannya

"Seseorang yang benar mencintaiku. Aku yakin, karena aku belum pernah merasakannya sebelum aku bertemu dia. Aku pastikan bahwa dia memang benar-benar cinta sejatiku"

Awalnya semua begitu indah, tapi semakin lama dia mulai cuek. Entah mengapa. Kita tidak sedang bertengkar, tidak juga bosan, tapi dia sangat dingin. Dia selalu mengabari aku di waktu malam hari dan sebatas itu saja aku tau. Pagi, siang, sore, aku tak tau apa yang sedang dia lakukan. Pikirku, mungkin dia sedang sibuk dengan urusan yang lain. Aku memaksa otakku untuk berpikir hal yang positif walau terkadang hal-hal yang negatif selalu menerjang masuk. Aku sangat sabar menunggu hingga malam tiba, menunggu kabar darinya yang mungkin itu hanya berlangsung 10 menit. Tapi setidaknya aku tau apa yang dia lakukan dalam waktu yang sangat amat panjang.

Malam ini sangat kutunggu. Seperti biasanya, aku menunggu kabar darinya. Tepat pukul 9 malam, HPku bergetar dan kulihat, itulah yang kutunggu. Dengan tidak sabar kubuka pesan darinya. Dan tak seperti yang kuharapkan. Pembicaraan terus berlangsung dan pada akhirnya dia minta putus dengan alasan yang tidak jelas. Padahal malam ini sangat berarti buatku, karena ini adalah 1bulan hubungan kita berlangsung. Seperti pembicaraan kita di sms yang terlampau singkat dan ternyata itu awal dari hubungan yang singkat ini, dan aku mulai mengerti dan menerima.

Aku mencoba untuk kuat seperti biasanya, tapi airmata terus meleleh jatuh. Begitu derasnya airmata yang jatuh hingga aku selalu tertidur dalam kepedihan tersebut. Hari berganti dan hatiku tak kunjung membaik. Kucoba cari apa yang salah dariku, apa aku kurang perhatian atau apapun itu. Dan aku merasa, aku sudah lakukan semua yang layaknya dilakukan. Ini benar-benar menggangguku yang sedang mempersiapkan ujian.

"Dia hanya mempermainkanmu!"

Aku tersentak dan aku mulai menyesal. Ingin rasanya aku mencari kemana airmataku mengalir sia-sia karena menangisi seseorang yang tak patut kutangisi. Mungkin ini karma, tapi aku tak yakin. Dan mulai hari itu, hatiku bukannya membaik malah semakin menjadi-jadi. Penuh amarah dan penyesalan, tapi seperti biasa aku mencoba kuat dan sabar. Tetap berlagak sok baik didepannya, padahal ingin kutampar wajahnya.

1 TAHUN berlalu. Aku mengikuti banyak sekali kegiatan dikampus bersama dengan teman-teman baru, kehidupan baru dan memori yang baru juga. Aku dan teman-temanku sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk Inisiasi para mahasiswa baru. Dan ketika hari H aku sakit jadi tidak bisa mengikuti acara yang sangat seru untuk ditonton.

Hari inisiasi terlewati dengan begitu cepat, semua berlangsung seperti biasa dan aku keluar dari organisasi tersebut karena aku ingin fokus dengan kuliahku. Hari jumat aku kuliah pagi dan kuputuskan untuk pulang ke kampung halamanku. Dan seketika aku tiba, teman-temanku mengajakku pergi kumpul-kumpul. Yang tak kusangka ada dia. Untungnya aku sudah sedikit bisa mengontrol emosiku. Kami bercanda gurau tanpa kulontarkan sepatahkatapun padanya. Teman baiknya membuka pembicaraan diantara kami, dan intinya ia menyarankan untuk dia segera menyatakannya kepadaku. "Menyatakan apa?" pikirku keras. Dia hanya terdiam sambil tertawa. Sepertinya dia hanya main-main, dan aku mulai tak peduli. Dia mencoba mendekatiku tapi aku selalu menjauh dan berusaha sejauh mungkin. Aku benar-benar tak bisa mengontrol emosiku kali ini karena perkataan temannya tadi.

Kuputuskan hari Minggu sore kembali untuk menuntut ilmu yang sejenak kutinggalkan. Setibanya disana aku langsung pergi ketempat kos temanku, ingin pergi makan bersama. Tak kusangka, disana juga ada teman baiknya. Ternyata dia kuliah di kampus yang sama denganku. Dia meminta nomorku, entah apa yang ingin dia lakukan. Setelah makan dan aku sampai dikos, HPku bergetar. Kubuka pesan dengan nomor yang tidak kuketahui tersebut dan muncullah tulisan yang sangat panjang yang inti pesan tersebut memintaku untuk memaafkan dan kembali padanya. Ternyata ini pesan dari temanbaiknya. Lalu kuceritakan semuanya yang kualami dan kuketahui. Aku benar-benar tak mau! Tapi rasanya semua yang ku ceritakan sia-sia, tak sedikitpun membuatnya iba denganku, malah makin membuatnya yakin untuk menjodohkan aku dengan dia kembali.

Keesokan harinya aku duduk dibawah pohon rindang sambil membaca-baca buku, tiba-tiba segerombolan orang datang menghampiriku. Kulihat ada temanbaiknya dan..... DIA?? Sejak kapan dia ada disini? Aku berusaha cuek tapi seseorang memanggilku. Lalu ku arahkan kepalaku dan mataku, dia memanggilku dan langsung duduk didekatku. Langsung hilang mood belajarku dan kumasukkan buku kedalam tas untuk segera pergi dari sana. Dia dan segerombolan temannya mengikutiku dengan dia yang berusaha keras berdiri disampingku karena aku terus menghindar. "Perlakuan macam apa ini? Main keroyokan!" pikirku. Tak lama tibalah kami dikantin, dan kutengok kebelakang hanya tinggal dia yang terus mengikutiku dari belakang dan terus menatapku.
 "Kau mau apalagi dariku?" seketika aku berhenti karena muak diikuti terus.
 "Aku hanya ingin maaf darimu"
"Minta maaf saja tidak, bagaimana aku bisa memberimu maaf?!?" tanyaku judes sambil berjalan kearah warung yang menjual minuman.
"Harus?"
"Pertanyaan konyol!" sambil berjalan keluar warung dengan mendapatkan sebotol minuman.

Kutawarkan minuman padanya dan dengan tidak sopan dia mengambil botol minumanku lalu diminumnya. Kita berdua berjalan kearah dalam kampus. Dia mencoba mengajakku bicara, bercanda, tapi aku terlalu asik dengan memori tentangnya yang dulu jadi kubiarkan saja dia berceloteh sesukanya. Hal ini sangat menjelaskan bahwa aku tak nyaman ada dia didekatku, dan ingin segera mengusirnya. Tapi bodohnya dan dengan tidak sadar, aku larut dalam pembicaraannya. Semakin larut dan tak sadar aku sudah tiba didepan kelasku. Dia melambaikan tangan dan akupun hanya tersenyum.

Dan kuharap ini adalah mimpiku yang terakhir. Ini mimpi yang tidak indah sama sekali. Rasanya ingin aku cepat-cepat terbangun, tapi aku terlena dengan cuaca dingin yang sangat mendukung. Dan kubiarkan hatiku saja yang merasakannya, tidak yang lain...

No comments:

Post a Comment